Perceraian dan Mandilagi dalam Formula Romansa.....
Bila anda adalah teman kuliahku, anda akan tahu kalau aku tidak menyukai Mandy Moore atau yang biasa kusebut sebagai mbak Mandilagi. Walaupun A Walk To Remember (2002) cukup menarik dan aku menyukai Tangled (2010), aku tetap bukanlah fans Mandilagi apalagi setelah melihat film komedi romantis yang tidak komedi dan sama sekali tidak romantis seperti Love Wedding Marriage.
Salah satu formula yang diiulang-ulang dalam film komedi romantis adalah wedding. Plot dan cerita bertema pernikahan tampaknya tidak akan bisa habis seiring selalu munculnya film komedi romantis seputar wedding. Sebut saja My Best Friend’s Wedding (1997), The Wedding Crashers(2005), Bride Wars (2009), hingga The Hangover (2009). Mencoba mengemas pernikahan dan perceraian dengan formula yang sama, Love Wedding Marriage begitu datar dengan tuturan roman yang membuat mengantuk dan sama sekali tidak membekas di kepala.
Ava, seorang konselor perkawinan yang baru saja menikah dengan Charlie, mengetahui bahwa orang tuanya akan bercerai setelah 30 tahun menikah. Berpegang pada prinsipnya sebagai konselor perkawinan, Ava bertekad untuk menyatukan kedua orang tuanya. Namun usaha Ava justru mengendorkan hubungannya dengan Charlie dan membahayakan pernikahannya sendiri. Itulah plot cerita dasar dalam Love Wedding Marriage. Sebenarnya cukup menarik apabila sang penulis skenario mampu menghadirkan bumbu-bumbu komedi yang cerdas dan adegan romantika yang berkesan. Sayangnya tidak dan Love Wedding Marriage tenggelam dalam hambarnya cerita yang tercerai-berai bagai perceraian itu sendiri.
Bila seorang wanita tumbuh dalam film-film princess dari Disney, maka dia akan berpegang mimpi akan happily ever after. Saat dia menikah, barulah dia melihat kenyataan dan pahitnya kehidupan pernikahan. Itulah Ava. Melihat harmonisme orang tuanya selama ini, dia berpikir untuk menjadi konselor pernikahan. Sayangnya apa yang tampak di luar tidaklah selalu kenyataannya karena setelah dia menikah, orang tuanya justru mau bercerai. Bila kita adalah penggemar Cek dan Ricek maka kita akan tahu bahwa 3 berita favorit acara gossip selebritis adalah perkawinan, kematian, atau perceraian. Perceraian adalah topik kelam yang biasa diformulakan dalam film komedi romantis sebagai pemisah yang kemudian menyatukan.
Topik benalu pemersatu yang digarap Love Wedding Marriage sama sekali tidak memberikan inspirasi. Ceritanya datar dan kita sudah tahu apa yang terjadi tanpa diberikan rangsangan adegan yang menarik. Dalam sebuah film komedi romantis, kita sudah tahu bahwa kedua tokoh utama akan bersatu. Yang menjadi kunci penarik perhatian kita adalah halangan yang menyatukan keduanya. Di sini, halangan penyatu cinta Ava dan Charlie adalah berita perceraian orang tua Ava. That’s it. Tidak digarap lebih dalam dan tidak dikembangkan dengan baik, halangan ini menjadi ordinary dan tidak menarik.
Dengan akting pas-pasan Mandy Moore (ini bukan hanya sentimen pribadi lho) dan Kellan Lutz, Love Wedding Marriage hadir sebagai film tanpa emosi. Setengah jalan menonton aku tidak lagi peduli apakah mereka berdua akan bersatu ataupun apakah kedua orang tua Ava akan rujuk. Para bintang pendukungnya juga tidak menunjukkan seni peran yang baik dan bahkan adegan komedinya tidak terasa lucu.
Penggambaran tokoh dalam Love Wedding Marriage terasa berlebihan. Karakter Ava yang begitu sok suci mungkin cocok dengan Mandy Moore, namun terasa tidak meyakinkan untuk tahun 2011 dan hiperbolik. Sang suami Charlie hanya mengandalkan ketampanan dan bodi yang bagus tanpa adanya karakter yang kuat. Benturan antar keduanya tidak memberikan kharisma dan semakin memperburuk plot cerita yang standar.
Mbak Mandilagi mungkin baru saja bangkit lewat Tangled (2010) setelah terpuruk lewat film bertema wedding lainnya, License to Wed (2007). Mengingat betapa buruknya dampak film bertema wedding bagi Mandy, mungkin dia harus kembali ke drama tragis seperti A Walk To Remember (2002) yang melambungkan karir perannya. Kemampuan Mandy memadukan seni vokal dan seni peran mungkin lebih baik dalam film-film musikal selayaknya Tangled (2010).
Satu hal yang layak dicermati dalam Love Wedding Marriage adalah ia tidak menghakimi perceraian sebagai sesuatu yang buruk. Salah satu pasangan yang dikonseling Ava menemukan kebahagiaan mereka dalam perpisahan karena mereka menyadari bahwa mereka menikah bukan karena cinta. Untung saja Love Wedding Marriage masih memberikan message yang tidak formulaik sehingga aku tidak memberi 1 star sebagai film sampah. Perceraian memang tidak dapat dihindari dalam pernikahan yang membara. Apabila kedua pihak memang saling tidak cocok, terkadang perceraian adalah jalan keluar yang lebih baik.
Bila anda adalah wanita kesepian yang haus akan cinta dan mendambakan romantika wedding lewat layar perak, maka jangan buang-buang uang anda untuk menonton Love Wedding Marriage. Hanya diputar di jaringan bioskop Blitzmegaplex, mungkin anda lebih baik memilih film lain yang juga bertemakan wedding yaitu Mere Brother Ki Dulhan (2011) yang akan kuulas berikutnya atau menunggu The Hangover Part II (2011) yang akan tayang bulan ini. Love Wedding Marriage adalah komedi romantis kualitas dua yang akan dengan mudah bercerai dengan memori anda.
AGAS STAR RATING : 2 out of 10
No comments:
Post a Comment