Klik poster film berikut untuk menuju langsung ke review-nya!

5.8.11

Larry Crowne / Tom Hanks / 2011 (4✰)


Kuliah dan Barang Bekas dalam Daya Tarik Oscar.....

Menyandingkan pasangan superstar komedi romantis era 90-an, Larry Crowne menyuguhkan kisah asmara yang datar tanpa adanya koneksi cinta antara Tom Hanks dan Julia Robert. Film kedua garapan Tom Hanks setelah That Thing You Do (1996) ini  memikat karena nama besar kedua pemainnya, namun selebihnya?

Larry Crowne adalah seorang mantan koki angkatan laut yang dipecat dari pekerjaannya karena dia tidak memiliki gelar S1. Memiliki hutang yang besar karena masalah perceraiannya, Larry terpaksa menjual barang-barangnya dan akhirnya memutuskan untuk kembali duduk ke bangku perkuliahan. Salah satu dari mata kuliah yang dia ambil adalah kelas Speech 217, yang dijargoni oleh dosen cantik Mercedes Tainot (bukan tie-knot). Seiring kelas bergulir, muncul benih-benih cinta di antara mereka berdua.

Larry Crowne bukanlah Forrest Gump (1994) walaupun melihat Tom Hanks sebagai Larry yang baik hati sedikit banyak mengingatkanku akan film itu. Film ini memang bisa menghadirkan senyum dan sedikit gelak tawa saat menontonnya, namun plot film ini terasa begitu biasa dan tidak memberikan kepuasan lebih. Sebagai film bergenre komedi romantis, adegan demi adegan antara Larry dan Mercedes mengalir tanpa emosi romantis dan hanya mengandalkan unsur komedinya, yang sayangnya tidak terlalu lucu pula.

Sebagian besar setting Larry Crowne berada di area perkuliahan. Walaupun kelas Speech 217 diajarkan oleh dosen yang cantik dan seksi, pelitnya sang dosen dalam memberi nilai A membuat pengikutnya sangat sedikit. Bagaikan nostalgia waktu aku kuliah saja, mata kuliah pilihan yang dosennya sangat obral A akan dibanjiri oleh mahasiswa yang ingin meningkatkan IP-nya.  Di Larry Crowne, dosen cantik Mercedes selalu menginginkan kelasnya diisi oleh minimal 10 orang. Karakter 10 orang yang berada di kelasnya, selain Larry, seakan-akan telah dipilih untuk mewakili jenis kelamin, ras, dan sifat. Sangat klise, namun cukup efektif dalam melontarkan joke-joke ringan.

Di luar kelas Mercedes, Larry mengikuti mata kuliah ekonomi di bawah bimbingan Doktor Matsutani yang merupakan potret karikatur dosen yang super boring. Karakter Matsutani yang kaku dan lucu mampu memberikan sedikit tawa. Di kelas Matsutani inilah Larry berteman dengan mahasiswi kulit hitam bernama Talia. Tertarik akan Yamaha Riva milik Larry, Talia memperkenalkan Larry kepada geng skuternya.

Mengapa Larry Crowne yang berumur 50-an menaiki skuter? Akibat resesi, Larry memutuskan untuk mengirit biaya bensin dengan menjual mobilnya dan menukarnya dengan skuter second-hand yang dijual tetangganya.  Tetangga Larry memiliki yard sale bagai outlet barang bekas seperti BaBe, Rangkas, atau Old&New yang aku kunjungi beberapa minggu yang lalu di Bandung. Di toko seperti ini, mata kita harus jeli untuk memilah barang mana yang nilainya melebihi dari harga yang ditawarkan. Bila kita memiliki bakat itu, kita bisa seperti karakter Talia yang kemudian memulai bisnis butik dari barang bekas. Larry Crowne memberikan inspirasi untuk selalu belajar lebih dan memberi ide untuk memulai wirausaha sendiri. Sayang bagai barang bekas yang ditampilkannya, Larry Crowne bagaikan kisah cinta usang antara dua insan tua yang mulai memudar karismanya. Menonton film ini ibarat diriku yang tertarik dengan lampu meja berbentuk kamera 8mm yang dijual di Old&New, sayangnya harganya terlalu mahal.

Larry Crowne mengalami makeover karena tokoh Talia. Merubah dandanan pria 50-an dengan gaya kostum kawula muda membuat karakter Larry sedikit menonjol. Zaman sekarang juga banyak om-om yang memakai kaos ketat dengan gambar Armani berglitter ataupun celana pensil dari outlet Top Man. Adalah trend bagi pria-pria yang beranjak usianya untuk mempermak dandanan seuai trend agar bisa terlihat lebih muda. Aku sendiri sering membeli beberapa outfit yang ngetrend, walaupun akhirnya teronggok di lemari karena dengan cepat trend fashion berubah. Yah, cukuplah berjiwa muda di dalam hati karena hati kita akan memancarkannya ke seluruh penampilan kita. Bila kita memiliki hati yang besar sebesar Larry Crowne, dengan dandanan seperti apapun kita tetap tidak merubah kepribadian diri kita. What good is good, what bad is bad, no matter what we wear.

Skenario Larry Crowne dikembangkan oleh Tom Hanks bersama nominator Oscar Nia Vardalos yang melejit lewat My Big Fat Greek Wedding (2002). Dua bintang utamanya adalah pemenang Oscar. Daya tarik patung emas agaknya tidak bisa mengangkat kualitas film ini. Walaupun memberikan hiburan dan tawa ringan, Larry Crowne tetaplah kosong dan tidak membekas. Melihat keseksian Julia Robert memang sebenarnya sudah pantas untuk membeli tiket Larry Crowne, namun kaki mulusnya juga bisa ditonton lewat layar kaca televisi. Pesona senyum dan tingkah romantis Julia lebih bisa dinikmati lewat film lawas Pretty Woman (1990) dibandingkan Larry Crowne. Bila kamu fans berat Tom atau Julia, luangkanlah waktu menonton Larry Crowne di bioskop. Namun bila waktu anda terbatas, melewatkan Larry Crowne tidak membuat anda kehilangan apa-apa.

AGAS STAR RATING : 4 out of 10

No comments:

Post a Comment