Rasa “Miris” dan Overexposure dalam Sadomasokisme.....
Seks dan kekerasan tergambar secara brutal dalam panorama gurun tandus Texas di The Killer Inside Me. Memunculkan kontroversi pada pemutaran perdananya di Sundance Film Festival, The Killer Inside Me menggambarkan kekejaman seorang koboi psikopat sebagai tokoh utamanya.
The Killer Inside Me adalah sebuah film drama serius dengan rangkaian dialog panjang dan adegan-adegan brutal. Diawali dengan adegan Lou mendatangi si pelacur, diperankan oleh Jessica Alba, yang bergulir menjadi adegan seks sadomasokistis antar keduanya, The Killer Inside Me memberikan awal yang membuka mata dan penuh intrik. Dilanjutkan dengan percakapan panjang yang memberikan tuturan peristiwa seputar hidup Lou, The Killer Inside Me menampakkan rupanya sebagai film berat yang harus dipikir. Hadir di antara film-film blockbuster musim panas di Blitzmegaplex, The Killer Inside Me menawarkan kisah mendalam dalam kerumitan pemikiran seorang psikopat sadomasokis.
Bila sedari tadi anda membaca istilah sadomasokisme dan tidak tahu artinya, berarti gaya hidup anda mungkin sangat lurus. Baguslah kalau begitu. Sadomasokisme (S&M) adalah perilaku seksual yang mendapatkan kepuasan dengan rasa sakit. Topik ini digambarkan sangat memikat oleh Luis Bunuel dalam Belle du Jour (1967) ataupun dalam penampilan Maggie Gyllenhaal di Secretary (2002). Baru-baru ini kata S&M menjadi terkenal karena menjadi judul lagu populer Rihanna. Dalam The Killer Inside Me, perilaku ini muncul dalam diri Lou karena perlakuan pembantu rumahnya yang mengajarkan S&M padanya semasa kecil.
Bila anda habis dirundung masalah hebat di kantor, The Killer Inside Me tidak akan bisa menghibur anda. Bahkan jika anda wanita, mungkin rasa stress anda bertambah. Beberapa penonton merasa tidak nyaman dengan adegan kekerasan pada perempuan yang ditampilkan secara panjang dan blak-blakan di film ini. Bayangkan saja Lou memperkosa seorang gadis kecil saat masa anak-anaknya, mencambuki pantat dengan sabuk, meludah dan menonjok kekasihnya, hingga adegan memukuli pelacur dengan tangan kosong sampai mati dengan wajah tak berbentuk. Membacanya saja membuat anda merinding, atau malah penasaran?
Ingat bahwa The Killer Inside Me bukanlah film horror. Adegan demi adegan yang kasar divisualisasikan dengan gaya realis. Ini terlihat pada film-film Michael sebelumnya seperti Road to Guantanamo (2006), A Summer in Genoa (2008), ataupun 9 Songs (2004). Karena kita tinggal di Indonesia, sentuhan realis ini tidak terlalu menghentak emosi. Lain halnya bila kita hidup dan besar di Amerika, atau bahkan Texas. Emosi menyayat hati (dalam bahasa Jawa disebut “miris”) yang disuguhkan The Killer Inside Me pada warga Amerika serasa perasaan mirisku saat menonton Ratapan Anak Tiri (1974) atau Tragedi Bintaro (1989). Bisa anda bayangkan bukan?
Hanya dari lima menit pertamanya, aku langsung merasakan sentuhan kehidupan Texas era lama dengan frame-frame pudar karena overexposure (pencahayaan berlebihan). Tata cahaya pucat yang digabung dengan tandusnya set kota Texas memberikan nuansa terang yang membuat penontonnya memiliki sensasi agak tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman ini pas sekali dengan topik psikopat yang dihadirkan dan memberikan nuansa era yang berbeda. Dengan sebagian besar gambar diambil menggunakan depth of field yang dangkal, menonton film ini bagaikan menonton sebuah kartu pos tahun 50-an.
Akting Casey Affleck menghidupkan karakter Lou dengan baik. Penonton akan sedikit demi sedikit membenci Lou sekaligus merasa terkesima dengan tutur bicaranya yang beraksen Texas kental. Logat yang susah dicerna telinga orang Indonesia ini membuat subtitel bahasa Indonesia dalam The Killer Inside Me sangat berguna untuk memahami drama dan intrik film. Di luar tonal serius yang disajikan, pesona kecantikan Kate Hudson dan Jessica Alba memberikan hiburan tambahan yang oke.
Terus terang aku sedikit mengantuk ketika menyaksikan The Killer Inside Me. Ada kemungkinan ini karena karena efek makan siang yang baru tercerna atau mungkin pula karena penyajian visual yang overexposure memberikan efek seperti menyetir mobil di waktu siang bolong. Percakapan yang panjang dan rumit dengan aksen Texas menambah keinginanku untuk menguap beberapa kali. Mata menjadi lelah dan agak berat. Untungnya dengan adegan awal spanking yang membelalakkan mata dan beberapa twist yang menarik, aku menjadi fokus dan terikat ke dalam pola pikir Lou.
The Killer Inside Me menghadirkan film noir yang berbobot dengan seks dan kekerasan. Mungkin agak membosankan bagi sebagian orang, dan menjijikkan bagi sebagian lainnya. Apapun pendapat anda, gaya tuturan novel kriminal klasik yang diadaptasinya menjadikan The Killer Inside Me sebuah film drama yang berbeda.
AGAS STAR RATING : 5 out of 10
Huge fan of Kate Hudson, from the review, Im interested to watch it. Probably with my sister,since I dont want to feel depressed by myself.. I guess its not gonna be a happy ending type of movie, this one..
ReplyDelete