Iman dan Pelintiran dalam Kepribadian Ganda.....
Lebih baik kamu kehilangan orang kamu cintai daripada kehilangan imanmu kepada Tuhan. Dikemas dalam genre thriller psikologi horor, Shelter memberikan pemikiran religius dengan twist cerita yang akan membuat merinding para penontonnya yang merasa telah ber-Tuhan.
Shelter memperkenalkan kita kepada Cara Harding, seorang psikiatris forensik single parent dengan pemikiran sains yang kuat dan iman yang teguh. Lewat ayahnya yang juga seorang psikiater, Cara dipertemukan dengan Adam, seorang pasien dengan masalah kepribadian ganda. Dalam diri Adam yang lincah dan buta warna terdapat kepribadian David yang bertolak belakang; introvert dan lumpuh. Lewat investigasinya, Cara menemukan bahwa David adalah korban kasus pembunuhan pada tahun 80-an. Ini membuat Cara berusaha menelusuri jejak memori Adam untuk mencari alasan mengapa Adam memunculkan David sebagai pribadi kedua. Semakin dalam Cara terikat dengan masa lalu Adam, tiba-tiba muncul pribadi yang ketiga: korban pembunuhan yang lain. Seiring Cara mengurai benang kusut misteri ini, dia menyadari bahwa masalah Adam bukanlah persoalan sains, melainkan sesuatu yang lain di luar akal dan logika. Sesuatu hal yang menggoncangkan imannya dan membawa keluarganya ke dalam bahaya yang mengerikan.
Duo sutradara asal Swedia menggarap Shelter sebagai film yang terperangkap di antara thriller dan horror. Mengawali film dengan gaya wawancara seperti yang dilakukan Juliane Moore terhadap Anthony Hopkins dalam Hannibal (2001), Shelter memuntir-muntir plot ceritanya dan merubah arus dari thriller pembunuhan menjadi misteri okultisme. Hal ini tentu saja akibat daya imajinasi sang penulis skenario, Michael Cooney.
Menilik film-film yang ditulis oleh Michael sebelumnya seperti Identity (2003) dan The i Inside (2004), kita akan langsung menyadari bahwa Shelter menyuguhkan keruwetan misteri dengan pelintiran dan kejutan dalam alurnya. Permasalahan kepribadian ganda yang menjadi topik favorit Michael dalam setiap film yang ditulisnya memunculkan karakter-karakter yang bertumpuk-tumpuk dan berbenturan dalam sebuah misteri. Kita akan dibuat bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi. Namun bila anda adalah penggemar film thriller, tentunya pelintiran dan kejutan dalam Shelter sudahlah bisa diterka sejak dini.
Karakter Adam yang berubah-rubah kepribadiannya diperankan dengan baik oleh Jonathan Rhys Meyers. Berpadu akting yang pas dengan Julianne Moore, ritme film menjadi seimbang dan terjaga dengan baik. Dibarengi oleh musik latar yang biasa dipakai dalam film thriller, Shelter memberikan kejutan-kejutan klasik dalam beberapa adegan. Memang tidak ada hal baru yang ditawarkan oleh Shelter, namun formula lawas yang diadopsi Shelter tetap bisa memberikan hiburan bagi peminat thriller.
Sayangnya, berlawanan dengan nuansa thriller-horror, bagiku Shelter justru lebih kental dengan nuansa rohaninya. Karakter Cara yang terperangkap dalam sandingan iman dan mistik membuat kesan akhir setelah menonton Shelter bagaikan menonton sebuah film kristiani. Cara mempercayai sains sebagaimana dia mempercayai Tuhan, namun dihadapkan pada dukun nenek tua yang memiliki kepercayaan voodoo-nya sendiri, keimanan Cara terhadap Tuhan menjadi kabur. Lewat karakter Cara, Shelter mengilustrasikan kita untuk meneguhkan iman dalam segala situasi. Metode ini juga biasa dipakai film-film horror klasik Indonesia seperti Sundel Bolong (1981) yang menggunakan sentuhan religius lewat seorang Imam dengan dakwah dan ayat-ayat sucinya untuk mengusir setan. Ironis karena sesuatu yang berlawanan justru digunakan untuk menguatkan.
Secara keseluruhan, Shelter tidak menonjolkan sesuatu yang istimewa. Pendekatan masalah kepribadian ganda yang digabungkan dengan okultisme pegunungan tidaklah memberikan efek sekuat Psycho (1960) atau Raising Cain (1992). Ini dikarenakan Shelter tidak mengupas lebih dalam unsur psikologi yang merupakan inti dari kepribadian ganda dan justru menggesernya ke arah mumbo jumbo haleluya. Shelter lebih mementingkan alur plot dibandingkan perkembangan karakter. Akibatnya masalah kepribadian ganda yang kental disajikan di bagian awal film menjadi buyar dan terasa sebagai tempelan pemanis dan perumit saja.
Ditawarkan di European Film Market pada tahun 2009, Shelter dirilis di Amerika dua tahun kemudian setelah versi DVD-nya dirilis lebih dulu di Swedia. Film ini memang mampu memberikan kejutan dan kengerian lebih pada saat ditonton di bioskop namun pasar utama film ini adalah di kepingan digital. Shelter adalah film thriller horror yang berupaya untuk berbeda namun akhirnya tenggelam karena produk akhirnya sebenarnya biasa-biasa saja.
AGAS STAR RATING : 6 out of 10
No comments:
Post a Comment