Klik poster film berikut untuk menuju langsung ke review-nya!

19.8.11

Kepergok Pocong / Nayato / 2011 (2✰)


Justin Mbeleber dan Koya Ayo-Ayo dalam Aziz Gagap.....

Tayang perdana pada 14 Juli 2011 dan satu bulan kemudian masih bertengger di sebelah 4 film box office Amerika membuatku penasaran dengan Kepergok Pocong. Membeli tiketnya dan melihat bahwa penontonnya sudah 20 orang lebih malah semakin membuat penasaran. Seperti apa sih film ini?

Minggu lalu ada teman yang bertanya kok nggak nonton Kepergok Pocong. Aku pikir pocong lagi pocong lagi. Pocong Mandi Goyang Pinggul (2011) saja jeleknya setengah mati. Males dong! Dengan judul pasaran yang sudah bikin ill-feel, aku bilang paling besok atau lusa Kepergok Pocong bakal tergusur oleh Transformers. Nyatanya, walau seminggu kemudian Panda sudah tiba, Kepergok Pocong masih tetap tayang. Walhasil menontonlah diriku dengan pocong yang satu ini.

Kepergok Pocong berkutat pada karakter Aina, mahasiswa bencong yang berprofesi sebagai penggali kubur.  Teman kostnya yang bernama Boy dan Jeco masing-masing memiliki permasalahan yang berkaitan dengan uang akibat cewek mereka. Melalui buku Rahasia Cepat Kaya Secara Mistik, Boy dan Jeco menemukan cara mendapatkan banyak rezeki lewat memotret orang yang meninggal karena sumpah pocong. Dengan memanfaatkan Aina, mereka berhasil mendapatkan potretnya. Seiring datangnya uang jutaan, Boy, Jeco, dan pacar-pacar mereka diteror oleh pocong dan kuntilanak. Aina yang memang sehari-harinya sudah biasa ditampaki oleh para setan terpaksa membantu teman-temannya untuk mengubur handphone yang digunakan untuk memotret si pocong.

Kepergok Pocong adalah film yang sangat berisik. Ini terutama karena karakter Boy yang bicaranya cablak dengan tawa yang dibuat-buat. Kebanyakan karakter dalam Kepergok Pocong sangatlah tidak menarik dan terlihat palsu. Satu-satunya karakter yang oke dan menjadi pusat perhatian film adalah karakter Aina yang diperankan oleh Aziz Gagap. Untungnya Aina adalah karakter sentral film, sehingga menyelamatkan film dari kegaringan total. Dengan gaya gagapnya yang alamiah, Aziz mampu menerbitkan tawa kecil dalam berbagai banyolan slapstick. Sayang banyak adegan dilakukannya dengan karakter Boy yang selalu nyerocos membuat telinga sakit.

Judul di poster Kepergok Pocong tidak salah jika mengembel-embel Aziz Gagap di depannya. Menjadi wanita yang terperangkap dalam tubuh pria dan berprofesi sebagai penggali kubur membuat karakter Aina berbeda. Diganggu oleh pocong dan kuntilanak sepanjang hari, Aina bereaksi secara gagap. Dia menggendong si pocong, tidak sadar akan kuntilanak, menowel-nowel kepala pocong, dan lain sebagainya. Lucu memang. Namun joke yang awalnya menimbulkan tawa segar ini kemudian diulang-ulang terus menerus seakan tidak mempunyai bahan lelucon lain sehingga lama kelamaan menjadi monoton dan sama sekali tidak lucu lagi.

Beberapa humor dalam Kepergok Pocong memanfaatkan kesalahan kata-kata. Kebanyakan dipaksakan dan tidak lucu seperti berkata mencari jalan masuk dari masalah (seharusnya jalan keluar, duh!). Ada pula percakapan jorok standar di toilet cowok yang menjurus ke mesum, padahal nggak. Dengan banyaknya humor yang kebanyakan crispy crunchy garing renyah, tidak ada joke yang membuat penonton tergelak dengan hebatnya ala humor Srimulat, kebanyakan hanya menimbulkan senyum dan meringis saking garingnya.

Beberapa nama tenar dipelesetkan untuk menambah lelucon seperti Justin Mbeleber dan Koya Ayo-Ayo. Tahukah anda siapa Justin Mbeleber? Tentu saja, saya yakin anda bukan katak dalam tempurung.  Bagaimana kalau Koya Ayo-Ayo? Siapa sih dia? Koya Ayo-Ayo merujuk pada nama Koya Pagayo, salah satu alter ego dari sang sutradara, Nayato. Sebagai sutradara Indonesia paling produktif saat ini, Nayato memiliki empat alter ego yaitu Koya Pagayo, Ian Jacobs, Pingkan Utari, dan Ciska Doppert. Koya Pagayo adalah nama yang digunakan dalam sebagian besar film horror seperti Hantu Jeruk Purut (2006), Te(Rekam) (2010), ataupun Kalung Jailangkung (2011).

Sungguh unik melihat sang sutradara mempelesetkan dirinya sendiri dan bahkan memunculkan karakter si Koya Pagayo di Kepergok Pocong sebagai sutradara tenar yang gay dan seleranya rendah. Wujud imajinatif Nayato yang memenangkan Citra secara kontroversial dalam Ekskul (2006) memunculkan humor klise masyarakat tentang gambaran sutradara bertopi pet yang tangannya bertautan bagaikan mengambil frame gambar. Karena tokoh utamanya bencong, maka sang sutradarapun jadinya gay. Boy dan Jeco dicasting asal-asalan untuk film horor sebagai bencong juga. Leluconnya memang dangkal dan terkesan murahan, tapi memberikan bumbu inovasi tersendiri.

Karena Nayato menggunakan nama aslinya sebagai sutradara Kepergok Pocong, berarti bagi dia film ini cukup menonjol. Nayato adalah sutradara yang mampu menghasilkan film dengan waktu singkat dengan budget yang ekonomis. Menilik Kepergok Pocong yang banyak penontonnya, tentu saja keuntungan yang didapat besar. Proses produksi Kepergok Pocong yang cepat dan dibarengi dengan banyak produksi film lainnya memperlihatkan beberapa kesalahan dalam produk akhir Kepergok Pocong. Paling jelas contohnya ada di awal film mengenai penggunaan kata director of photo”GHRAP”y dengan typo yang salah. Editing cepat untuk segera memasok uang membuat quality control film menjadi berkurang.

Dengan alur cerita sederhana, Kepergok Pocong menjalin humor demi humor dengan berantakan. Mengeksploitasi Aziz Gagap secara berlebihan justru membuat tone film menurun dan tidak meninggalkan kesan di akhirnya. Penonton keluar dengan perasaan telah menonton another trashy Indonesian movie. Perpaduan horor dan komedi dengan banyolan diulang-ulang menyebabkan lima dari sekian banyak penonton keluar dari teater bioskop sebelum waktunya. Yah, Kepergok Pocong adalah satu lagi produk ekspres Nayato. Not particularly bad, but not good either.

AGAS STAR RATING : 2 out of 10

No comments:

Post a Comment