Klik poster film berikut untuk menuju langsung ke review-nya!

8.8.11

Pocong Mandi Goyang Pinggul / Yoyok Dumpring / 2011 (1✰)


Inovasi Judul dan Sasha Grey dalam Kehancuran .....

Pocong Mandi Goyang Pinggul beredar 3 bulan silam dan sudah keluar versi home videonya. Menggembar-gemborkan Sasha Grey dan shooting di Amerika, Pocong Mandi Goyang Pinggul adalah film unik yang benar-benar bisa dikatakan sebagai film berkualitas rendah.

Walaupun bukan film tie-in, aku ingin mereview Pocong Mandi Goyang Pinggul karena ada banyak hal yang bisa dikaji lewat film ini. Kita mulai saja dari judulnya. Pocong Mandi Goyang Pinggul adalah sebuah judul yang eye-catching, norak, murahan, namun sekaligus mudah diingat. Efeknya serupa dengan judul film lainnya seperti Suster Keramas (2009). Perbedaannya dengan Suster Keramas yang memang merupakan nama setan di filmnya, Pocong Mandi Goyang Pinggul adalah judul serampangan yang muncul karena inovasi pembuatnya untuk mengecoh penonton. Tokoh setan di film ini saja bukan pocong, apalagi pocong yang mandi dan bergoyang pinggul. Efek rasa ingin tahu kita membuat bayangan sesosok pocong yang mandi sambil goyang-goyang di kepala kita sehingga kita menjadi tertarik seperti apa sih pocong ini. Kita pergi menontonnya dan bah…. satu-satunya pocong yang ada adalah pococi, alias pocong banci, sebuah karakter figuran yang diperankan Tata Dado.

Daya tarik magnet kedua adalah digaetnya bintang porno Sasha Grey. Ini adalah daya tarik yang membuatku ingin menyaksikan film ini. Bukan karena ingin melihat adegan esek-eseknya saja, aku ingin membandingkan film ini dengan film garapan Steven Soderbergh berjudul The Girlfiend Experience (2009) yang juga dibintangi oleh Sasha Grey. Hasilnya tentu saja bagaikan langit dan bumi. The Girlfriend Experience (2009) menyodorkan sebuah drama eksperimental tentang seks secara artistik sementara Pocong Mandi Goyang Pinggul mengeksploitasi nama Sasha Grey saja.

Di luar judul yang nakal dan pesona porno Sasha Grey, Pocong Mandi Goyang Pinggul kedodoran dimana-mana. Kita simak saja plotnya. Pocong Mandi Goyang Pinggul menuturkan kisah Ferdy yang selamat dari sebuah tabrakan di malam satu suro dan tiba-tiba terobsesi kepada cewek Amerika bernama Sasha via webcam. Ternyata Sasha adalah korban dari tabrakan yang Ferdy alami dan arwahnya menemani Ferdy hingga Ferdy meminta maaf di kuburannya. Plot yang cukup menarik ini justru dihancurkan dengan sisipan mimpi konyol hantu pocong pococi, insiden Mpok Nori, goyangan Anissa Bahar, dan humor garing pedagang bakpau. Alur ceritanya semrawut dan tidak koheren. Apalagi bila anda menontonnya di versi DVD karena tergunting sensor 20 menit lebih.

Karakter Ferdy, Sasha, dan yang lainnya begitu tidak menarik ditambah dengan akting yang kaku dari bintang-bintangnya. Pemilihan kasting yang salah terlihat jelas dalam karakter mama Ferdy. Sebagai seseorang yang baru pulang dari Amerika, mama Ferdy menelepon seorang detektif di Los Angeles.  Dialog bahasa Inggris yang diucapkan mama Ferdy begitu kaku dan salah kaprah sehingga aku tertawa keras saat mendengarnya.. Dari sini kita bisa melihat pentingnya kasting yang cocok untuk seluruh jajaran pemeran, termasuk juga karakter pembantu.

Adegan yang diambil di Indonesia terlihat begitu berbeda dengan adegan yang diambil di Amerika. Walaupun terlihat lebih dinamis, adegan Sasha di Amerika tergambar bagaikan sebuah film porno yang dilakukannya. Di sepanjang film, Sasha hanya berakting duduk atau selonjor dengan bikini atau lingerie di depan sebuah laptop. Aktingnya juga sekedar memberi kiss-bye saja. Ferdy yang berbicara dengannya di Indonesia juga selalu berucap dialog yang sama,” I miss you baby.” Sangat tidak kreatif.

Pocong Mandi Goyang Pinggul adalah salah satu DVD bajakan yang laris manis. Orang-orang yang tidak sempat menonton di bioskop akan penasaran dan rela mengeluarkan tujuh sampai sepuluh ribu untuk film ini. DVD originalnya juga laris disewakan di jaringan franchise movie rental. Sayang sekali bahwa sebuah film laris dengan cerita yang bisa dikembangkan dan artis impor mahal seperti Sasha Grey sebenarnya tak lebih dari sekedar produk tertawaan dengan kualitas rendah. Orang-orang hanya membuang waktu mereka yang berharga untuk menontonnya.

Khalayak publik mencemooh film-film horor Indonesia yang bertaburan bintang film porno sebagai film berkualitas sampah. Walaupun bukan tontonan yang mendidik, setidaknya Suster Keramas (2009) atau Hantu Tanah Kusir (2010) masih lebih baik dibandingkan Pocong Mandi Goyang Pinggul. Rin Sakuragi dan Miyabi memang dieksploitasi sebagai pendulang uang di film-film tersebut, namun filmnya sendiri masih koheren dan memiliki segi hiburan tersendiri. Khusus untuk Pocong Mandi Goyang Pinggul, aku kategorikan bersamaan dengan film Hantu Puncak Datang Bulan aka Dendam Pocong Mupeng (2010) sebagai film berkualitas sangat rendah. Sungguh disayangkan bila produser membuat film seperti ini hanya untuk mengeruk uang semata.

Pocong Mandi Goyang Pinggul setidaknya mengajarkan kepada kita mengenai satu hal. Apabila anda ingin melihat sebuah film Indonesia di bioskop dan menemukan nama sutradara Yoyok Dumpring di posternya, aku sarankan untuk menundanya dan melihatnya nanti di cakram DVD atau bahkan melewatkannya sama sekali. Aku telah melewatkan film Yoyok sebelumnya seperti Rintihan Kuntilanak Perawan (2010), Pelukan Janda Jamu Gerondong (2011), dan Dedemit Gunung Kidul (2011). Terus terang saja aku tidak menyesal dan anda juga tidak akan menyesal telah melewatkan Pocong Mandi Goyang Pinggul.

 AGAS STAR RATING : 1 out of 10

2 comments:

  1. Gas, kasihan benar tuh film lu kasih rating 1 doang. Tapi film horror Indo sekarang seperti yang lu bilang banyak yang cuman exploitasi sex doang. Judulnya sih pocong, kuntilanak, hantu, tapi yg diexposs hanya dada dan paha (kaya makan di KFC aja, hehehe). Mendingan film horror jaman kita SD dulu (80's), jauh lbh bermutu dan sereeemmmm...

    ReplyDelete
  2. Coba aja ditonton Frank, layak dapet 1 nggak.

    ReplyDelete